

Terutama rakyat Indonesia, situasi dan kondisi nusantara serta kebudayaan, sejarah lalu diakhiri dengan bagaimana mengarahkan pemecahan masalahnya. Semua karya Tan Malaka dan permasalahannya didasari oleh kondisi Indonesia. Ia dinyatakan sebagai “Pahlawan revolusi nasional” melalui ketetapan parlemen dalam sebuah undang-undang tahun 1963. Walaupun secara jelas disingkirkan, Tan Malaka dapat memainkan peran intelektual penting dalam membangun jaringan gerakan komunis internasional untuk gerakan anti penjajahan di Asia Tenggara. Tan Malaka menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam pembuangan di luar Indonesia, dan secara tak henti-hentinya terancam dengan penahanan oleh penguasa Belanda dan sekutu-sekutu mereka. Salah satu buku yang dibaca adalah karya Tan Melaka, tokoh nasional yang pernah menulis buku Dari Pendjara Ke Pendjara.Īriel menolak komen saat ditanya soal kekasihnya Luna Maya yang mula kembali aktif berlakon drama, begitu juga saat ditanya kemungkinan dirinya mencipta lagu atau duet dengan Luna.Īriel mengaku bosan di penjara, kerana itu dirinya banyak mengisi kegiatan dengan membaca dan menulis, harus ada yang dikerjakan. Selama dalam tahanan Ariel mengaku banyak mengisi masa dengan membaca buku2 falsafah, dan sesekali menulis. Dari buku inilah kebanyakan para pemerhati mendapat gambaran kehidupan Tan Malaka yang revolusioner.ĭalam penjara, ariel baca buku tan melaka Ia juga memaparkan pandangan tentang kepercayaan, filsafat dan tentang negara. Ia menguraikan perjalanannya dari suatu negara ke negara lain untuk menghindar dari kejaran agen-agen kolonial.

Berisi tentang riwayat hidup (otobiografi). Jilid pertama ini mengisahkan kehidupan beliau disekitar masa pemenjaraan oleh pemerintah Hindia Belanda dan pemerintah Filipinaĭitulis tahun 1946-1947 di penjara Ponorogo. Namun pada kenyataannya, Tan Malaka tidak hanya dipenjarakan oleh Pemerintah kolonial, tp juga oleh pemerintahan bangsanya sendiri yang berbeda posisi politik dengan Tan Malaka. Hampir sebagian hidup Tan Malaka dihabiskannya di dalam penjara, akibat aktifitas politiknya yang anti kolonialisme. Buku ini terdiri dari Tiga jilid, dimana jilid pertama ditulis oleh beliau ketika berada di Penjara Magelang. Dari Penjara Ke Penjara Bagian Satuīuku sejarah hidup Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia yang ditulis secara pribadi ketika beliau berada dalam Penjara di tanah airnya sendiri. Harry A Poeze, sejarawan asal Belanda, menyebutkan bahwa ia mati ditembak TNI di lereng Gunung Wilis, Kediri.
